sebelum subuh berlabuh
ketika embun mendekati bumi
saat ranting-ranting tidur dan nyenyak dedaunan
kusambut jasadmu dingin dan membeku
nafasku tertahan
mengharap kembali dadamu mengembang
kesia-siaan
sujudku luruh bersimbah air mata
takkan kurasakan lagi senyum sumringah
tawa ria yang membuncah
atau kebersamaan yang berarti saat menderas ayat-ayat-Mu
ketika senja merayap
atau kumandang azanmu
dari suara yang lirih dan basah
Aku sadar ini terjadi
kehendak Ilahi
yang menentukan alur kehidupan
menjadi berarti setiap denyutan
Mimpimu tentang sebuah sepatu baru
menyisakan kepedihan bagiku
" Maafkan ibu yang belum sempat membeli sepatu itu !"
Gerimis doa
dalam hujan rinai
dan tanah basah.
Yang tak pernah mengerti
betapa besar dukaku
melepas kepergianmu
ibu saya suka puisi ibu.
BalasHapusTerima kasih Ade Aisyah puisi itu ibu tulis ketika hati ibu pedih mengenang anak ibu yang lebih dulu dipanggil Ilahi.
BalasHapusbetapa kepedihan ibu terasa, menetes air mata ini mengulang kata demi kata.
BalasHapussemoga Allah menempatkan alm di sisi Nya yang Mulia.
MashaAllah...saya ikut bergetar dan sesak membacanya!😭
BalasHapusSemoga Allah tempatkan Anak ibu di Jannah😭🙏