Laman

Senin, 31 Oktober 2011

Puisi karya siswa kelas XII Program Bahasa

Sabtu Senja

Faraditha M.

Kutelusuri jalan tak bertuan itu Sabtu senja

Mencari apa yang kuingini

Sampai lelah kunanti

Sabtu senja semalam sunyi

Tapi ku tetap bertahan di sini

Sampai pangeran datang dengan senyuman abadi

Apa yang ku cari

Apa yang kunanti

Dari kejauhan

Datang menghampiri

Sabtu senja

Bagai pelangi

Sang pangeran dengan senyum abadi

Telah menghampiri dengan tangan suci

Riani S.

KAU

Riani S.

Kau, sosok yang terkuat dari yang terkuat

Begitu kuasanya kau akan semua hakikat

Yakinkan aku pada sebuah ayat

Ini yang ku sebut dengan khidmat

Kau, sosok pencinta dari semua pencinta

Menatapku tajam dalam ketaatan

Pendiri pelitanya jiwa-jiwa manusia

Penikmat seluruh rasa keimanan

Kau, yang kurindu selalu

Juga dengan segala undanganMu

Selama dalam satuan masa tertentu

Membekukku tanpa ada kata ragu

Kau, tonggak abadi dalam suatu sugesti

Ingin kuberlari dan menggapainya sendiri

Hidup dengan penuh rasa malu

Tertimpa berjuta nafsu-nafsu

Kau, pemrakarsa sebuah jalan cerita

Kebahagiaan hanya untuk sebuah kata menerima

Berbilang esa yang diinginkan setiap jiwa

Berharap mengijinkan kaki dalam indahnya singgasanaNya

Juh Mutiyah

Harapan

Karya : Juh Mutiya

Harapan kian menjauh

Meleburkan asa dalam raga

Menghanyutkan angan dalam jiwa

Menenggelamkan cahaya dalam jiwa

Harapan kian meluas

Tetapi bersimpui dalam tonggak keyakinan

Mengokohkan pilar-pilar kebangkitan

Meneriakan tabir pembaharuan

Harapan kian mendekat

Mengakkan tiang pendirian

Dalam genggaman sang surya

Menuju genggaman sang surya

Menuju jalan pencerahan

Harapan yang akan menjadi sinar, cahaya dan arahan dalam bingkai kehidupan ini

Januarti V

Besarnya Hati si Burung Pipit

Januarti Valentina

Burung pipIt tak bernilai

Bertengger di dahan menemani panggilan

Sesekali terbang mencari pasangan hati hilang

Hingga koyak sayapnya yang cendrung rentan

Burung pipit yang tak bernilai

Di terpa angin siang dan malam

Besarnya harap jumpa sang hati

Menghabiskan waktu berkelana muram

Terpercik duri kesepian

Burung pipt yang tak bernilai

Terbang melambat memperhatikan perangai

Berhenti terbang melihat arus sungai

Serta alam yang indah permai

Burung pipit yang tak bernilai

Bangkit terbang menyongsong matahari

Tak peduli untuk menanti, mencari

Sang hati yang telah pergi

Andrianto

Balada Tiga Insan

Tiga insan berjalan terpisah

Dua benang kini terikat

Menyulam hidup penuh derita

Hingga menjalar luka ke jiwa

Tiga insane masih terpisah

Dua benang kini terkejut

Menjadi kain putih bersih

Mulai terhanyut keindahan

Tiga insan kini bertemu

Rajutan kain semakin kusam

Terhempas sepi dalam dunia

Hingga muncul benang merah muda

Tiga insan saling mencinta

Membentuk rajutan segitiga

Memutus rajutan dua benang putih

Yang mencoba menyambung diri

Dengan sang benang merah muda

Tiga insane saling membenci

Satu tersulam satu terbuang

Satu bahagia satu meratap

Sampai di ujung satu mendendam

Tiga insan mula merapuh

Benang merah muda telah hilang

Dua benang putih kembali mengikat diri

Menjadi sejoli yang tak terpisah